Developmentally Appropriate Practice (DAP)
disusun oleh Damayani, M
Pendidikan anak usia dini yang
paling menonjol adalah pertumbuhan fisik dan perkembangan 6 aspek yaitu fisik
motorik, bahasa, kognitif, seni, sosial emosional dan nilai agama moral.
Menurut Undang – undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 1 disebutkan bahwa “Pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”
Pada masa inilah potensi dan bakat
anak harus dikembangkan karena merupakan masa keemasan anak atau yang sering
kita kenal denga sebutan Golden Age. Pendidik turut andil dalam pengembangan
dan menstimulasi seluruh aspek perkembangan anak yang sesuai dengan tahapan
usianya tentunya bekerjasama dengan orang tua anak agar pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat tercapai secara optimal baik dilingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat.
NAEYC (Natinal Association for the
Education of Young Children) pada tahun 1998 mencetuskan konsep DAP (Developmentally
Appropriate Practice). Organisasi ini lahir dari Departemen Pendidikan USA
untuk merumuskan kurikulum dan program yang sesuai dengan anak usia dini.
Keberhasilan sosialisasi NAEYC tentang kurikulum untuk PAUD karena DAP
memberikan panduan pembelajaran berdasarkan tahapan usia perkembangan anak.
Pengertian DAP ( Developmentally
Appropriate Practice )
Developmentally Appropriate practice
dalam kamus bahasa inggis berarti praktek yang sesuai dengan perkembangan yang
berarti dalam sebuah pendidikan haruslah memiliki perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan sesuai
dengan usia. Konsep DAP dalam praktek pendidikan anak usia dini sangatlah
penting karena dapat menyajikan proses pembelajaran yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak usia dini.
Menurut NAEYC (National
Association for the Education of Young Children) yang mempelopori konsep
DAP berpendapat bahwa Developmentally Appropriate Practice adalah proses pengambilan keputusan secara
profesional tentang keberadaan anak dan pendidikannya yang didasarkan pada tiga
jenis informasi penting yang meliputi :
a. Pengetahuan
tentang perkembangan dan belajar anak.
b. Mengetahui
kekuatan, minat, dan kebutuhan setiap anak di dalam kelompok.
c. Pengetahuan
mengenai konteks sosial – budaya dimana anak hidup untuk memastikan pengalaman
belajar yang bermakna,relevan, dan penuh penghargaan dalam keterlibatan anak
dan keluargannya.
DAP merupakan
proses pembelajaran yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan yang
memberikan proses belajar yang patut dan menyenangkan, interaktif, aplikatif,
dan konstrutivis. Pendekatan DAP berpegang pada salah satu prinsip
Konstruktivitas dimana anak turut membangun pengetahuan kognitifnya berdasarkan
pengalaman yang di dapat dari interaksi terhadap lingkungan sosial dan fisik.
Rasa ingin tahu yang besar mendorong anak bereksplorasi dan bereksperimen dalam
kegiatan mainnya.
Dalam
perkembangan anak ada 3 pendekatan yaitu
:
1. Pendekatan perkembangan
Kognitif, pendekatan ini didasarkan kepada asumsi atau keyakinan bahsa
kemampuan kognitif merupakan suatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah
laku anak. Terdapat 3 model perkembangan kognitif :
- Model Piaget
- Model Pemrosesan
Informasi
- Model Kognisi
Sosial
2. Pendekatan
belajar atau lingkungan bersumber dari
pendapat bahwa tingkah laku anak diperoleh melalui pengkondisian dan prinsip –
prinsip belajar.
3. Pendekatan
Etologi, pendekatan ini merupakan studi perkembangan dari perspektif
evolusioner.
Dalam
pembelajaran harus dapat mengembangkan aspek – aspek perkembangan yang meliputi
:
1) Fisik – motorik
Pencapaian perkembangan fisik –
motorik anak meliputi motorik kasar , motorik halus, dan kesehatan dan perilaku
keselamatan. Perkembangan ini menjadi dasar bagi kemajuan perkembangan
berikutnya.
2) Moral dan nilai –
nilai agama
Pencapaian perkembangan anak dalam hal
keyakinan tentang agama yang dianutnya, konsep theologi dan Moral yang berasal
dari bahasa latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
peraturan/ nilai, tata cara kehidupan
3) Sosial –
emosional
Pencapaian
kematangan perkembangan anak dalam kesadaran diri, tanggungjawab diri dan orang
lain serta hubungan sosial sikap atau perilaku sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan aturan didalamnya.
4) Kongitif
(Intelektual)
Pencapaian kematangan perkembangan
dalam hal berpikir secara logis, berpikir secara simbolik dalam memahami konsep
– konsep ilmiah dan serta belajar pemecahan masalah.
5) Bahasa
Pencapaian perkembangan anak dalam
memahami, mengungkapkan dan menerima (reseptif) bahasa yang telah dimiliki dari
hasil pengelolaan dan telah berkembang. Pada umumnya anak memiliki dua tipe
perkembangan bahasa yaitu Egocentric Speech (anak berbicara kepada dirinya sendiri/ monolog) dan Socialized
Speech (komunikasi terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan lingkungannya).
6) Seni
Pencapaian perkembangan anak berkaitan
dengan seni. Anak mampu menikmati berbagai alunan lagu, musik, atau suara dan
tertarik dengan kegiatan seni serta dapat mengekspresikan seni dengan berbagai
media.
Prinsip Dasar
DAP
Prinsip – prinsip dasar
Developmentally Appropriate Practice adalah :
1. Seluruh aspek
perkembangan anak saling terkait satu dengan lainnya dan saling mempengaruhi.
2. Perkembangan
memiliki perkembangan yang runtut.
3. Setiap anak
memiliki proses perkembangan yang berbeda.
4. Pengalaman
sebelumnya mempengaruhi perkembangan.
5. Proses
perkembangan sesuatu yang dapat diperkirakan menuju ke arah yang lebih
kompleks, terorganisasi dan terinternalisasi.
6. Perkembangan dan
pembelajaran dipengaruhi oleh konteks budaya dan sosial yang beragam.
7. Anak sebagai
pembelajar yang aktif.
8. Perkembangan dan
pembelajaran dipengaruhi kematangan secara biologis.
9. Bermain sebagai
alat bagi anak dalam menunjukkan tahap perkembangannnya.
10. Perkembangan
anank akan lebih meningkat, jika anak diberikan kesempatan untuk melatih
keterampilan yang baru dan meningkatkan keterampilan yang sudah dimiliki
sekarang.
11. Anak memiliki beragam
cara untuk belajar dan mencari tahu serta memiliki berbagai cara untuk
menunjukkan apa yang diketahuinya.
12. Anak akan lebih
mudah belajar jika anak merasa aman dan nyaman.
John Amos Comenius (1592 – 1670) ahli
filsafat Moravian “Semua materi pembelajaran harus dibagi menurut tingkatan
(umur).” Dia berpendapat bahwa :
§ Pembelajaran
progresif berawal dari yang umum kapada yang spesifik dan dari yang mudah
menuju yang sulit.
§ Orang tua
dihimbau untuk dilibatkan dalam pendidikan anak – anak mereka.
§ Dia menuliskan
bahwa pembelajaran yang melibatkan seluruh indera itu lebih relevan (baik)
daripada yang menggunakan lisan.
John Lock (1632 – 1704) ahli filsafat
dari inggris “ Tidak satupun dari anak – anak yang belajar harus dibuat beban
bagi mereka”. John Lock berpendapat bahwa :
§ Pendidikan perlu
dimulai pada usia dini dan menyenangkan untuk anak – anak.
§ Anak – anak
memiliki perbedaan perkembangan setiap individu.
§ Pengajaran
terbaik adalah yang melalui peragaan, pujian, pemberian peluang untuk anak
- anak mempraktekkan apa yang mereka
pelajari, dan mengadaptasikan masing -
masing kemampuan anak.
Implementasi
DAP Dalam Pembelajaran
Implementasi DAP dalam pembelajaran
antara yang sesuai dengan prinsip dasar DAP dan tidak sesuai dengan prinsip
dasar DAP sebagai berikut :
No
|
Tidak Sesuai DAP
|
Sesuai DAP
|
1.
|
Semua anak melakukan aktivitas yang sama disaat yang sama.
|
Anak difasilitasi untuk melakukan hal yang beragam sesuai minat dan kebutuhannya.
|
2.
|
Guru berperan memberi instruksi, memerintah.
|
Guru berperan sebagai fasilitator
|
3.
|
Banyak waktu digunakan anak untuk duduk, mendengarkan, mengerjakan tugas yang diperintahkan.
|
Anak bergerak dengan aktif, melakukan eksplorasi, memunculkan inisiatif, menemukan problem solving, berkomunikasi aktif.
|
4.
|
Materi yang digunakan lebih banyak kertas dan pensil (worksheet).
|
Banyak penggunaan benda konkrit yang dekat dengan kehidupan anak dan bermakna.
|
5.
|
Jadwal disusun untuk memenuhi kebutuhan guru agar anak menyelesaikan tugasnya.
|
Jadwal bisa bersifat fleksibel sesuai dengan pemenuhan minat anak.
|
6.
|
Relasi anak – guru lebih menyerupai guru – murid, tidak tercipta hubungan yang hangat.
|
Guru menjalin hubungan yang akrab, hangat, saling mengahargai.
|
7.
|
Fokus pada produk belajar, menyempitkan belajar berdasarkan target yang sama untuk setiap anak dalam kurun waktu tertentu.
|
Setiap anak memiliki tujuan belajar yang berbeda, sesuai dengan kekuatan dan keterbatasannya.
|
8.
|
Kegiatan berbasis subyek/ mata pelajaran/ aspek perkembangan yang parsial dengan waktu yang terbatas, anak tidak memaknai koneksi satu kegiatan dengan yang lain.
|
Kegiatan terintegrasi karena guru melihat aspek perkembangan emosi, sosial, kognisi, bahasa, saling terkait.
|
9.
|
Bermain hanya digunakan saat istirahat, sebagai pengisi waktu kosong saat anak sudah menyelesaikan tugas.
|
Bermain adalah strategi utama bagi pembelajaran anak.
|
10.
|
Kegiatan rutin seperti membersihkan dan merapikan kelas dilakukan oleh guru karena dianggap lebih efektif dan biasanya dilakukan terburu – buru.
|
Guru melihat kegiatan rutin (makan minum, beres – beres, cuci tangan, ke toilet) sama bernialinya dengan “kegiatan belajar” bagi anak untuk mendapatkan beragam pengalaman.
|
11.
|
Menerapkan tes yang tunggal, sesaat dan sempit untuk menentukan apakah anak layak masuk dalam sebuah level/ program tertentu, menuntut anak siap menyesuaikan diri dengan sistem.
|
Guru percaya bahwa anak memiliki tahap perkembangan yang berbeda, behwa belajar adalah hak anak dan bahwa sistem harus dikelola untuk memenuhi kebutuhan anak, buka sebaliknya.
|
Ada 4 hal penting yang diperoleh anak
dengan melaksanakan DAP, yaitu :
F Harga diri
F Kontrol diri
F Stress
F Dan pola akademis
selanjutnya.
Kesimpulan
1. DAP pada dasarnya
sesuai dengan perkembangan anak tiap tahapan usia.
2. Pendekatan DAP
berpegang pada salah satu prinsip Konstruktivitas dimana anak turut membangun
pengetahuan kognitifnya berdasarkan pengalaman yang di dapat dari interaksi
terhadap lingkungan sosial dan fisik.
3. DAP dijadikan
konsep untuk merancang kurikulum tentang perkembangan anak, apa yang tepat
secara individu dan mengetahui karakteristik masing – masing.
4. Pembelajaran yang
sesuai dengan DAP akan menghasilkan perkembangan anak yang optimal, anak tanpa
merasa terbebani saat melakuka kegiatan main.
5. Ada 4 hal penting
yang diperoleh anak dengan melaksanakan DAP, yaitu : harga diri, kontrol diri,
stress, dan pola akademis selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA:
Sujiono,Yuliani
Nurani.2009.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta:PT.Indeks.Permata
Puri Media.
Munifah, Sofia.2016.Developmentally
Approriate Practice.sumber: https://sofiamunifahblog.wordpress.com/2016/04/12/makalah-developmentally-appropriate-practice/.
Diambil tanggal 28 Oktober 2017.
Mardianti, Sri.2015.Pelatihan
Pemahaman Prinsip-prinsip DAP.Himpaudi kota Yogyakarta.
ka mau tanya dong, ini bs dijadiin bntuk tulisan referensi bentuk jurnal nya ngga ya?
BalasHapuskarena ini bukan naskah publikasi jadi tidak bisa dijadikan sumber refernsi
Hapus